KOMPARASI PARADIGMA DALAM KONTEKSTUAL KHITBAH
Oleh: A.M.Holilurrohman el-bongkary
Dewasa
ini banyak remaja yang memilih pasangan dengan cara asal-asalan sehingga
setelah menikah akibatnya malah lontang-lantung tak karuan.
Kami yakin
seandainya kita bisa menggunakan akal serta fikiran kita, pasti bisa
menganalisis hal yang semacam itu sehingga mampu menciptakan suatu hubungan
yang sakinah, mawaddah, warohmah.,
baik itu di dunia ataupun di akhirat. Dan hal ini terjadi, tentunya karena ada
suatu unsur kesalah fahaman oleh golongan puberitas dalam memaknai cinta serta
hakikat kehidupan dalam berkeluarga, sehingga menimbulkan konflik dan perang
dingin setelah berhubungan dengan cinta yang ia anggap tulus itu.
Sedangkan
dalam masalah ini Islam sudah meneropong jauh ke depan beberapa kreteria yang
menjadi tolak ukur agar bisa mendapatkan pasangan yang sakinah, mawaddah,
warohmah bagi setiap insan yang siap untuk memadu kasih dalam ikatan yang
sah secara agama dan negara.
pertama, di tinjau dari segi fisiknya yaitu
yang berupa kecantikan.
Kedua, dunia dan kehidupannya (materi)
Ketiga, keturunannya (nasab)
Empat, adalah agamanya
Dalam
hal ini Islam sengaja meletakkan agama di urutan paling terakhir tentu saja
bukan karena ingin meremehkan dalam hal keagamaan melainkan untuk menujukkan
suatu tasawwur dalam jati diri manusia bahwa hal awal yang direspon oleh
kebanyakan manusia adalah kecantikan. sedangkan hal ini tidak jauh berbeda
dengan perihal Nabi Adam AS yang terkesima melihat Siti Hawa ketika baru saja
diciptakannya. dan hal ini juga memprioritaskan manusia bahwa manusia
lebih banyak mengandalkan hawa nafsunya
dari pada akal sehatnya. Namun Rosululloh SAW menganjurkan agar memposisikankan
agama dalam urutan pertama dalam hal pencarian pasangan atau jodoh, sebab
kecantikan yang hakiki adalah kecantikan yang telah di kroscek oleh masyarakat
yaitu hati yang selalu menjadi tolak ukur atau kadar baiknya seseorang.
sedangkan hati yang baik akan memancarkan pada perbuatan yang baik. sehingga,
ketika bahtera rumah tangga di bangun, kita dapat menciptakan bibit masyarakat
yang bermoral, dalam artian selalu taat kepada undang-undang Agama ataupun
undang-undang Negara dan kemasyarakatan. Agar kita bisa melestarikan kehidupan
dunia demi merajut ke kehidupan akhirat, sebab kehidupan yang sebenarnya adalah
akhirat.
Dengan
sekapur sirih ini, si penulis berharap seluruh pembaca pada khususnya serta
seluruh Muslimin pada umumnya mendapatkan jodoh yang sakinah, mawaddah ,warohmah.
Amin ya robbal alamin.
0 komentar:
Posting Komentar