PACARAN ISLAMI BUTUH KURSUS!!??
Menempelkan label islam memang mudah. Namun ketika yang dilekati adalah hal-hal yang menyimpang dari ajaran islam, maka perkaranya menjadi berat pertanggung jawaban dihadapan Allah Swt.
Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an yang mulia:
“Telah tampak kerusakan di daratan dan di lautan disebabakan perbuatan tangan manusia, agar Allah merasakan kepada mereka sebagian dari perbuatan mereka mudah-mudahhan mereka mau kembali kejalan yang benar”. (Ar-rum 41)
Kalau kita kaji kembali secara mendeteal tentang masalah pacaran islami yang sekarang sudah semarak dan bahkan menjadi darah daging di lokasi pelajar dan pesantren, sedangkan dalam kamus bahasa indonisia, pacar adalah sang kekasih hati atau teman lawan jenis yang tetap mempunyai hubungan berdasarkan rasa cinta yang mengelora dan kasih sayang yang menggebu dalam lubuk hatinya. Berpacaran adalah bercintaan, berkasih-kasihan. Memacari adalah mengencani, menjadikan dia sebagai sang pujaan hatinya. Itulah pacaran islami yang ada dalam kamus remaja di era yang moderenisasi ini.
Ala’ uddin Ali bin Muhammad bin Ibrahim Al-Baghdadi yang masyhur dengan sebutan Al-Akhazin menyatakan dalam tafsirnya terhadap ayat diatas. “telah tampak kerusakan di darat dan di laut”, karena kesyirikan dan kemaksiatan tampaklah kekurangan hujan dan sedikitnya tanaman yang tumbuh di daratan, di padang sahara yang tandus dan tanah yang kosong. Kurangnya hujan ini selain berpengaruh pada daratan, juga berpengaruh pada lautan, di mana hasil lautan berupa mutiara berkurang. Demikian, kerusakan dapat kita jumpai dimana-mana. Jangankan di kota-kota besar, bahkan di pedesaan pun tersuntik oleh budaya barat. Contohnya ketika para pemuda pemudi sekarang yang marak berkata “CIYUS” katehuilah bahwa perkataan kata itu merupakan singkatan dari “CINTA YESUS”, sungguh orang kafir telah berhasil menyesatkan generasi islam dengan sebuah kata yang hampir mengelincirkanya ke dalam kenistaan. Belum lagi musibah yang terjadi hampir diseluruh negeri seperti contoh tanah longsor dan lain-lainnya. Semua itu tak lain penyebabnya karena dosa anak manusia yang kurang mendalam dalam belajar ilmu agama.
Abdul ‘Aliyah juga berkata, “siapa yang bermaksiat kepada Allah di muka bumi ini, maka sungguh ia telah membuat kerusakan di bumi. Karena kebaikan di bumi dan di langit diperoleh dengan ketaatan kepada sang penciptanya. Pergaulan anak muda yang rusak merupakan salah satu penyebab kerusakan tersebut. Pacaran dianggap boleh-boleh saja, bahkan dianggap suatu kewajaran bagi anak muda sekarang. Para pemuda pemudi yang katanya punya gairah terhadap islam, yang aktif dalam organisasi islam training-training pembinaan keimanan dan kegiatan-kegiatan islam yang hendak kita tuju. Mungkin karena kedangkalan terhadap ilmu-ilmu islam atau mendominasinya hawa nafsu “pacaran islami” dalam pergaulan mereka. Bagaimana pacaran islami sebenarnya? Jelas karena diberi ebel-embel islam, mereka hendak berbeda dengan pacaran orang awam/jahil. Tidak ada saling sentuhan, tidak ada pegang-pegangan, tidak ada kata kotor dan keji. Masing-masing menjaga diri. Kalau pun saling berbincang dan bertemu, yang menjadi pembicaran tentang islam dan saling mengingat untuk beramal, berzikir kepada Allah Swt. Mengingat negeri akhirat tentang surga dan neraka Begitu katanya!. Padahal dalan syariat Rasulullah melarang keras orang laki-laki bersama perempuan yang tidak ditemani muhrimnya.
Pacaran yang dilakukan hanyalah sebagai tahap penjajakan. kalau cocok diteruskan sampai kejenjang pernikahan. Kalau tidak, di akhiri dengan baik-baik atau pun dengan permusuhan. Dulu penulis pernah mendengar ucapan salah satu seorang pujangga yang mengartikan pacaran secara bahasa adalah senang-senang sedangkan secara istilahnya sepasang dua insan yang saling mencintai dan dicintai. Biasanya mayoritas orang yang berpacaran pasti merayakan hal-hal yang aneh yang dilarang oleh syariat islam seperti contoh mengadakan Velentine Day (hari kasih sayang) yang tengah semarak di permukan jagat raya ini.
Darimanakah mereka mendapatkan pembenaran atas perbuatannya? Benarkah mereka telah menjaga diri dari perkara yang haram atau malah mereka terpelosok ke dalamnya? Ya, setanlah yang menghias-hiasi kebatilan perbuatan mereka sehingga tampak sebagai kebenaran. Mereka memang berkata tidak bersentuhan, tidak pegangan tangan, tidak ini dan tidak itu, sehingga jauh dari keingginan berbuat nesta, sebagai mana pacarannya pemuda pemudi awam yang pada akhirnya menyeret mereka untuk berzina dengan pasanganya. Na’udzubillah!!! Namun tahukah mereka bahwa hati merka tidak selamat dan hati mereka telah berzina?
Rasulullah Swa telah mengiatkan dalam sabdanya;
“sesungguhnya Allah menetapkan atas adam bagiannya dari zina! Dia akan mendapatkannya, tidak bisa tidak. Maka, zinanya mata adalah dengan memandang dan zinanya lisan dengan berbicara. Sementara jiwa itu berangan-angan dan berkeinginan, sedangkan kemaluan yang membenarkan semua itu atau mendustakannya.” (HR. Al-Bukhori no. 6243 dan muslim 2657 dari Abu Hurairah)
Disamping itu dengan pacaran islami, mereka tentu tidak akan lepas dari yang namanya khalwat dan ikhtilat. Oleh karena Al-Qadhi Iyadh berkata, “wanita adalah fitnah sehingga laki-laki ajnabi dilarang bersepi sepi dengannya. Karena jiwa manusia dicipitakan punya kecenderungan syahwat terhadap wanita, dan setan akan menguasai mereka dengan perantaraan para wanita.” Seperti contoh seorang laki-laki yang telah resmi melamar seorang wanita, ia harus menjaga jangan sampai menjadi fitnah dengan diterimanya pinanganya tidak berarti ia bebas berbicara dan bercanda dengan orang yang akan dinikahinya. Bebas telfon, bebas sms, bebas chating, dan apa saja. Lalu apalagi orang yang baru sekedar pacaran belum ada peminangan, walaupun di embel-embeli kata islami.
Asy-syaikh Abdullah bin Abdurrahnmandalam Fatwa al-Ma’rifat (hal 58)
“bila seseorang lelaki melakukan surat menyurat dengan seorang wanita ajnabiyah, hingga pada akhirnya keduanya saling jatuh cinta. Apakah perbuatan ini haram? Beliau menjawab, perbuatan seperti itu tidak boleh dilakukan, karena dapat membangkitkan sahwat di antara dua insan. Dan syahwat tersebut mendorong keduanya untuk saling bertemu dan terus berhubungan. Kebanyakan surat menyurat seprti itu menimbulkan fitnah dan menumbuhkan kecintaan pada zina di dalam hati. Di mana hal itu perkara yang menjatuhkan seorang hamba kedalam perbuatan keji, oleh karena itu kami memberikan nasihat kepada orang yang ingin memperbaiki jiwanya agar tidak melakukan surat menyurat yang seperti itu dan menjaga diri dari pembicaran dengan lawan jenis yang bukan mahrom. Semuanya demi menjaga agama dan kehormatan kita.
Oleh : Filza Al-Arif
Pu3 Qaisyara
0 komentar:
Posting Komentar