Fungsi Akal Dalam Memahami Al-Quran
Kalaupun ada sebagian
orang berupaya untuk menampilkan peran akal tidak signifikan untuk memahami
Al-Quran, toh tidak dapat dipungkiri bahwa mereka masih menggunakan media akal
untuk memahami dhahir-dhahir Al-Quran, tapi tetap saja mereka berusaha dengan
argumentasi-argumentasi nalar logis dan berbagai alibi membuktikan peran lemah
akal dalam memahaminya.
Praktis tidak dapat
diragukan bahwa minimal akal sebagai salah satu media tidak dapat diragukan
oleh siapapun, akan tetapi apakah akal dikategorikan hanya sebagai media yang
berfungsi memahami Al-Quran, ataukah berperan lebih dari itu? Akal pastinya
tidak hanya diyakini sebagai media tapi selain itu ia merupakan sumber
pengetahuan, sebagai metodologi juga sebagai penyempurna bagi sumber-sumber
pengetahuan selainnya sehingga memerankan fungsinya dalam memahami Al-Quran.
Pertama, akal mampu berfungsi dalam
memahami dasar-dasar dan berbagai metodelogi memahami Al-Quran, apakah murni
rasional digunakan secara independent ataukah digunakan sebagai basis pendukung
rasional untuk sumber-sumber yang selainnya. Mufassir ketika menggunakan sumber
pengetahuan yang lain untuk memastikan penting atau tidaknya digunakan untuk
memahami makna ayat-ayat Al-Quran sebagaimana dengan riwayat-riwayat hadis
pasti dengan rasionalisasi akal.
Kedua, Akal sangat berperan dalam
memahami makna-makna tekstual ayat-ayat Al-Quran dalam kajian-kajian lunguistik
Ketiga, akal mampu
mendemonstrasikan secara rasional ayat-ayat Al-Quran, menafsirkan dan menjelaskannya.
Keempat, akal mampu selain memahami
arti tekstual ayat-ayat Al-Quran juga arti kontekstual yang terkandung di
dalamnya. Dalam teori ilmu logika dijelaskan bahwa selain terdapat arti
signifikansi teks ada juga arti signifikansi konteks.
Kelima, akal mampu mengidentifikasi
tujuan dan maksud Al-Quran ketika disandingkan secara bersamaan beberapa ayat
dalam tema yang berbeda.
Keenam, nilai-nilai aksiomatik
logis dan murni dapat digunakan sebagai indikator dalam memahami Al-Quran.
Ketujuh, akal mampu
mengklasifikasikan ayat-ayat yang turun dengan tema-tema tertentu sesuai dengan
asbab nuzulnya dan dapat memilahnya dari tema-tema yang selainnya sehingga
tidak terjadi kerancuan.
Pastinya hal-hal yang
dimaksud diatas adalah tidak keluar dari system logika yang benar, yang
membutuhkan penjabaran yang lebih lanjut, Akan tetapi ironi sekali bilamana
media penting akal ini tidak digunakan dengan semestinya, terkadang difungsikan
tanpa kreteria kaidah-kaidah rasional sehingga memunculkan “Tafsir bi ra’yi”
yang fatal menyimpang dari maksud Al-Quran, yang penting adalah bahwa realisasi
Al-Quran sebagai rujukan utama tidak mungkin terwujud tanpa menggunakan akal
yang benar.
By; Omar Bara
0 komentar:
Posting Komentar