Kamis, 05 Februari 2015

KOMPARASI PARADIGMA DALAM KONTEKSTUAL KHITBAH (Artikel Mading demangan news edisi 21)


KOMPARASI  PARADIGMA DALAM  KONTEKSTUAL  KHITBAH
                            Oleh: A.M.Holilurrohman el-bongkary

Dewasa ini banyak remaja yang memilih pasangan dengan cara asal-asalan sehingga setelah menikah akibatnya malah lontang-lantung tak karuan.
Kami yakin seandainya kita bisa menggunakan akal serta fikiran kita, pasti bisa menganalisis hal yang semacam itu sehingga mampu menciptakan suatu hubungan yang sakinah, mawaddah,  warohmah., baik itu di dunia ataupun di akhirat. Dan hal ini terjadi, tentunya karena ada suatu unsur kesalah fahaman oleh golongan puberitas dalam memaknai cinta serta hakikat kehidupan dalam berkeluarga, sehingga menimbulkan konflik dan perang dingin setelah berhubungan dengan cinta yang ia anggap tulus itu.
Sedangkan dalam masalah ini Islam sudah meneropong jauh ke depan beberapa kreteria yang menjadi tolak ukur agar bisa mendapatkan pasangan yang sakinah, mawaddah, warohmah bagi setiap insan yang siap untuk memadu kasih dalam ikatan yang sah secara agama dan negara.
­­pertama, di tinjau dari segi fisiknya yaitu yang berupa kecantikan.
Kedua, dunia dan kehidupannya (materi)
Ketiga, keturunannya (nasab)
Empat, adalah agamanya
          Dalam hal ini Islam sengaja meletakkan agama di urutan paling terakhir tentu saja bukan karena ingin meremehkan dalam hal keagamaan melainkan untuk menujukkan suatu tasawwur dalam jati diri manusia bahwa hal awal yang direspon oleh kebanyakan manusia adalah kecantikan. sedangkan hal ini tidak jauh berbeda dengan perihal Nabi Adam AS yang terkesima melihat Siti Hawa ketika baru saja diciptakannya. dan hal ini juga memprioritaskan manusia bahwa manusia lebih  banyak mengandalkan hawa nafsunya dari pada akal sehatnya. Namun Rosululloh SAW menganjurkan agar memposisikankan agama dalam urutan pertama dalam hal pencarian pasangan atau jodoh, sebab kecantikan yang hakiki adalah kecantikan yang telah di kroscek oleh masyarakat yaitu hati yang selalu menjadi tolak ukur atau kadar baiknya seseorang. sedangkan hati yang baik akan memancarkan pada perbuatan yang baik. sehingga, ketika bahtera rumah tangga di bangun, kita dapat menciptakan bibit masyarakat yang bermoral, dalam artian selalu taat kepada undang-undang Agama ataupun undang-undang Negara dan kemasyarakatan. Agar kita bisa melestarikan kehidupan dunia demi merajut ke kehidupan akhirat, sebab kehidupan yang sebenarnya adalah akhirat.
          Dengan sekapur sirih ini, si penulis berharap seluruh pembaca pada khususnya serta seluruh Muslimin pada umumnya mendapatkan jodoh yang sakinah, mawaddah ,warohmah. Amin ya robbal alamin.

0 komentar:

Posting Komentar